AKUNTANSI PERUSAHAAN DAGANG
Dalam kehidupan sehari-hari tentunya kita sering mendengar
kata-kata seperti akuntansi, perdagangan, dan perusahaan. Dalam artikel ini
saya akan mencoba membahas tentang akuntansi perusahaan dagang. Sebelum lebih
jauh lagi membahas tentang akuntansi perusahaan dagang, alangkah baiknya kita
mengetahui dahulu apa yang disebut dengan akuntansi itu sendiri.
Akuntansi berasal dari kata accounting yang artinya menghitung atau
mempertanggungjawabkan. Dengan demikian akuntansi dapat diartikan sebagai suatu
proses mencatat, mengklasifikasi, meringkas, mengolah dan menyajikan data dari
kejadian-kejadian yang berhubungan dengan keuangan sehingga dapat digunakan dan
mudah dimengerti untuk pengambilan keputusan serta tujuan-tujuan lainnya.
Akuntansi digunakan di hampir seluruh kegiatan bisnis di seluruh dunia untuk
mengambil keputusan sehingga dapat disebut sebagai bahasa bisnis. Proses
akuntansi ini biasanya digunakan di perusahaan-perusahaan misalkan di
perusahaan jasa, perusahaan dagang, perusahaan manufaktur, dan perusahaan
lainnya.
Sumber pendapatan dalam suatu perusahaan jasa adalah uang jasa yang
ditarik dari pemakai jasa misalnya
pendapatan suatu perusahaan penjahit adalah berupa upah jasa penjahitan, sedangkan
pendapatan perusahaan taksi adalah uang jasa pengangkutan. Perhitungan laba
atau rugi pada suatu perusahaan jasa, dilakukan dengan mengurangi pendapatan
dengan beban-beban untuk periode yang bersagkutan.
Di samping perusahaan jasa, dalam dunia usaha kita mengenal juga
perusahaan dagang yaitu perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang
pembelian dan penjualan barang. Perusahaan-perusahaan dapat di bedakan antara
pedagang besar dan pedagang eceran. Pedagang besar (grosir) biasanya membeli
barang langsung dari pabrik penghasil barang tersebut (produsen), sedangkan
pedagang – pedagang kecil membeli barang dari grosir untuk kemudian menjual
kembali barang tersebut kepada konsumen dengan harga eceran.
Contoh perusahaan dagang
Alfamart, Yogya Department Store, Toserba Pajajaran atau Carefour
adalah contoh perusahaan-perusahaan yang biasa disebut perusahaan dagang karena
aktivitasnya adalah membeli dan menjual barang dagangan, bukan menjual atau
mengerjakan jasa untuk pihak lain. Dalam skala kecil, kita juga pasti mengenal
perusahaan dagang seperti toko bahan bangunan, toko kelontong, atau toko serba
ada yang bertebaran dimana-mana. Sumber utama pendapatan toko-toko tersebut
adalah hasil penjualan barang dagangan yang sebelumnya mereka beli dari pihak
lain. Perusahaan dagang yang membeli dan menjual langsung kepada konsumen
disebut pengecer. Perusahaan dagang yang menjual barang dalam partai besar kepada
pengecer disebut pedagang besar.
Siklus operasi perusahaan dagang biasanya lebih panjang dari pada
perusahaan jasa, ini disebabkan pembelian barang dagangan yang harus dilakukan
perusahaan sebelum perusahaan dapat menjualnya kepada konsumen. Hal ini tidak
kita jumpai dalam siklus perusahaan jasa,karena penjualan jasa dapat dilakukan perusahaan tanpa harus
membelinya terlebih dahulu. Siklus operasi perusahaan dagang sebagai berikut :
1.
Dimulai
ketika perusahaan membeli barang dagangan dari penjual.
2.
Perusahaan
menjual persediaan barangnya kepada konsumen.
3.
Dan
terakhir perusahaan menerima kas dari konsumen.
Berikut ini perbedaan siklus operasi perusahaan jasa dan perusahaan
dagang :
Dilihat dari Bagan diatas, terlihat bahwa pada perusahaan dagang
terdapat akun aset tambahan yaitu Persediaan Barang Dagang. Pendapatan utama
sebuah perusahaan dagang adalah penjualan barang dagangan yang disebut
pendapatan penjualan atau biasa disebut penjualan. Dalam hal beban atau
biaya-biaya, perusahaan dagang mempunyai dua kelompok beban yang disebut beban
pokok penjualan dan beban operasi atau operasional.
Beban pokok penjualan adalah jumlah harga pokok semua barang yang
terjual sepanjang priode. Beban ini langsung berkaitan dengan pendapatan yang
diakui dari hasil penjualan barang
Kedua akun baru diatas sangat menentukan besarnya laba atau rugi sebuah
perusahaan dagang. Ini dikarenakan kedua akun itu berkaitan langsung dengan
aliran harga pokok atau biaya perolehan barang yang di beli yang pada
gilirannya (ketika persediaan itu dijual) akan menjadi beban pokok barang yang
dijual. Aliran biaya perolehan suatu perusahaan dagang adalah sebagai berikut:
persediaan awal barang dagangan ditambah biaya perolehan barang yang dibeli
akan membentuk biaya perolehan barang tersedia untuk dijual. Selanjutnya biaya
peroleh an barang tersedia untuk dijual akan menjadi biaya perolehan barang yang
terjual (untuk barang yang telah terjual periode ini) atau biasa disebut beban pokok penjualan dan sebagai persediaan
akhir ( barang yang tersisa diakhir periode dan akan dijual pada periode
berikutnya).
Mengingat betapa pentingnya penentuan harga perolehan persediaan
pada perusahaan dagang, maka kita akan membahas sistem-sistem pencatatan
persediaan seperti sistem persediaan perpetual dan sistem persediaan periodik.
1.
Sistem
persediaan fisik/periodik (periodical system)
Dalam suatu sistem persediaan periodik, perusahaan tidak
menyelengarakan pencatatan secara detil atas persediaan yang dimilikinya
sepanjang periode. Penentuan beban perolehan barang yang terjual dilakukan
setiap akhir periode, itulah sebabnya mengapa sistem ini disebut periodik. Pada
akhir periode, perusahaan melakukan perhitungan fisik persediaan yang masih ada
dalam persediaan (barang yang belum terjual) untuk menentukan besarnya biaya
perolehan persediaan barang. Untuk menentukan besarnya biaya perolehan barang
yang terjual dalam sistem periodik terdapat beberapa tahapan, yaitu :
1.
Menentukan
besarnya biaya persediaan pada awal periode (persediaan awal).
2.
Menambahkan
biaya perolehan barang yang dibeli sepanjang periode berjalan (pembelian) ke
biaya persediaan barang awal.
3.
Kurangi
dengan biaya perolehan barang yang ada pada akhir periode (persediaan akhir).
Sistem periodik ini umumnya digunakan oleh perusahaan dagang yang
menjual barang dengan jenis banyak dan barangnya relatif murah, sehingga sulit
menghitung harga pokok tiap jenis barangnya, maka harga pokok penjualan
dihitung pada akhir periode. Contohnya seperti toko penjual bahan makanan, dan
lain-lain.
Alur pencatatan dalam sistem periodik/fisik adalah sebagai berikut
:
- Ketika mendapat Faktur Pembelian (kredit) maka dalam Jurnal Umum
(JU) dicatat :
Pembelian Rp. xxx
Hutang dagang Rp. xxx
- Ketika membeli barang dengan tunai, dalam Jurnal Umum akan dicatat
sebagai :
Pembelian Rp. xxx
Kas Rp.
xxx
- Ketika terjadi Retur Pembelian maka dicatat sebagai berikut :
Hutang
dagang/Kas Rp. xxx
Retur Pembelian Rp. xxx
- Ketika mengeluarkan Faktur Penjualan (Penjualan Kredit) dalam
Jurnal Umum (JU) maka dicatat sebagai berikut :
Piutang
dagang Rp. xxx
Penjualan Rp. xxx
- Ketika terjadi Penjualan secara tunai maka dicatat :
Kas Rp.
xxx
Penjualan Rp. xxx
- Ketika terjadi Retur Penjualan maka dicatat sebagai berikut :
Retur
Penjualan Rp. xxx
Piutang Dagang/Kas Rp. xxx
2.
Sistem
perpetual/terus-menerus (Balance Permanent System)
Dalam sistem persediaan perpetual, perusahaan menyelenggarakan pencatatan
yang detil atas biaya perolehan persediaan barang dagangan yang dibeli maupun
yang dijual. Pencatatan yang berlangsung terus menerus (perpetually) ini
menujukan persediaan yang seharusnya ada untuk setiap jenis persediaan. Dengan kata
lain, dengan sistem ini persediaan secara terus-menerus dimutahirkan (updated).
Sistem ini diyakini dapat menciptakan pengawasan yang lebih baik atas
persediaan. Meskipun pencatatan persediaan
dilakukan terus-menerus, perhitungan fisik persediaan tetap perlu
dilakukan paling kurang sekali dalam setahun. Perhitungan fisik diperlukan
untuk mengungkap transaksi persediaan yang tidak tertangkap oleh sistem
elektronik (seperti adanya persediaan yang salah simpan, dicuri, atau rusak). Dengan
adanya perhitungan fisik, jumlah persediaan akhir dapat ditentukan dengan benar
untuk dapat disajikan dalam bentuk laporan keuangan, sekaligus memeriksa
ketelitian catatan perpetual. Sistem ini umumnya digunakan pada perusahaan yang
menjual jenis barang sedikit namun dengan harga yang relatif mahal. Berikut
adalah alur pencatatan transaksi yang terjadi dalam sistem perpetual :
- Ketika terjadi Faktur Pembelian dalam Jurnal Umum maka dicatat
seperti berikut
Persediaan
Barang Dagang Rp. xxx
Hutang dagang Rp. xxx
- Ketika terjadi pembelian barang secara tunai maka dalam Jurnal Umum
dicatat seperti berikut :
Persediaan
Barang Dagang Rp. xxx
Kas Rp.
xxx
- Ketika terjadi retur
Pembelian maka akan dicatat sebagai berikut
Utang/kas Rp.
xxx
Retur Pembelian Rp. Xxx
Harga
Pokok Pembelian Rp.xxx
Persediaan Barang Dagang Rp.xxx
- Ketika terjadi Penjualan Kredit (Faktur Penjualan) maka akan
dicatat
Piutang
dagang Rp.xxx
Penjualan Rp.xxx
Harga
Pokok Penjualan Rp.xxx
Persediaan barang dagang Rp.xxx
- Ketika terjadi penjualan secara tunai maka akan dicatat :
Kas Rp.xxx
Penjualan Rp.xxx
Harga
Pokok penjualan Rp.xxx
Persediaan Barang Dagang Rp.xxx
- Ketika terjadi retur penjualan maka akn dicatat sebagai berikut
Retur
penjualan Rp.xxx
Piutang/Kas Rp.xxx
Persediaan
barang Dagang Rp.xxx
Harga pokok Penjualan Rp.xxx
Dalam transaksi perdagangan barang perusahaan dagang, pengangkutan
barang dari penjual ke pihak pembeli seringkali dilakukan dengan menggunakan
alat transportasi tertentu. Maka tentu saja akan muncul biaya transportasi,
lalu siapa yang berkewajiban menenggung biaya tersebut?. Biasanya yang
bertanggungjawab membayar biaya transportasi ini tergantung pada kesepakatan di
antara penjual dan pembeli yang disetujui dalam suatu perjanjian penjualan.
Ketentuan atau syarat pengangkutan dapat berupa FOB (Free On
Board), biasanya ada dua macam FOB yaitu FOB Shipping Point dan FOB Destination.
Ketentuan atau syarat dalam
FOB Shipping Point biasanya menerangkan bahwa pihak penjual menanggung
pengangkutan dan menyerahkan barang kepada pihak pengangkut dan pembeli
terbebas dari beban yang timbul hingga ke tempat pihak pengangkut. Selanjutnya
beban angkutan dari pihak pengangkut ke pihak pembeli menjadi tanggungan pihak
pembeli. Sedangkan untuk FOB Destination pihak penjual mengantarkan barang ke
tempat pihak pembeli dengan biaya transportasi yang sepenuhnya menjadi
tanggungan pihak penjual.
Untuk laporan keuangan perusahaan dagang, ada sedikit perbedaan
dengan laporan keuangan pada perusahaan jasa. Berikut uraian laporan keuangan
pada perusahaan dagang.
1.
Laporan
Laba Rugi
Bentuk
laporan laba / rugi pada perusahaan dagang diawali dengan Penjualan, Beban
Pokok Penjualan, dan Laba Kotor. Dilanjutkan dengan Beban operasi yaitu semua
akun beban yang terjadi dalam melaksanakan kegiatan perusahaan, kecuali Beban
Pokok Penjualan. Bentuk laporan laba/rugi dapat disajikan dalam beberapa bentuk
seperti Format Bertahap (Multiple Step) dan Format Satu Tahap (Single Step).
- Laporan Laba/Rugi Bertahap (Multiple Step)
Penyajian laporan ini dibuat dengan beberapa tahap untuk akhirnya
sampai pada laba bersih. Laporan ini juga membedakan antara aktivitas operasi
dan non-operasi. Laporan ini dimulai dengan menyajikan Pendapatan Penjualan,
selanjutnya dikurangi akun kontranya yaitu Potongan Penjualan dan Retur
Penjualan. Maka akan ditemukan besarnya penjualan bersih. Selanjutnya penjualan
bersih ini dikurangi dengan Beban Pokok Penjualan, maka akan terlihat Laba
Kotor. Komponen berikutnya adalah beban operasi, beban ini terbagi dua kelompok
beban terdiri dari beban penjualan (beban yang berkaitan dengan pemasaran
produk,misalkan beban gaji pegawai penjualan, depresiasi, sewa gedung, dan
lain-lain yang behubungan dengan penjualan) dan beban umum (beban-beban yang
tidak berhubungan dengan pemasaran atau penjualan). Proses selanjutnya setelah
ditemukan beban operasi maka laba kotor dikurangi dengan beban operasi akan
menghasilkan Laba Bersih Operasi. Setelah itu biasanya terdapat pendapatan
diluar usaha dan beban atau kerugian dilura usaha, maka itu ditambahkan dan
dikurangi untuk memperoleh Laba Bersih.
- Laporan Laba/Rugi satu tahap (Single Step)
Dalam laporan ini hanya ada satu tahap pengurangan total beban
terhadap total pendapatan untuk menentukan besarnya laba bersih. Data laporan
dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu (1) Pendapatan,meliputi pendapatan
operasi maupun nonoperasi, (2) beban, meliputi beban-beban yang terjadi pada
saat beroperasi baik itu beban operasi maupun beban non operasi.
2.
Laporan
Perubahan Modal
Untuk laporan perubahan modal pad perusahaan dagang persis sama
dengan laporan perubahan modal pada perusahaan jasa.
3.
Neraca
Neraca pada perusahaan dagang juga tidak ada perubahan yang berbeda
dengan pembuatan neraca pada perusahaan jasa. Namun dalam perusahaan dagang
pada aset harta lancar perusahaan dagang dicantumkan akun Persediaan Barang
Dagang. Untuk laporan-laporan lain tidak ada yang berbeda dengan perusahaan
jasa, hanya beberapa akun saja yang berbeda dan penghitungannya saja.
Demikianlah artikel yang dapat saya buat ini tentunya masih banyak
kekurangan yang ada di dalamnya. Jadi saya mohon komentarnya yang membangun
untuk membuat pemahaman yang luas lagi dalam belajar menjadi akuntan yang baik.
terimakasih
Sumber : Dasar-Dasar Akuntansi Edisi 7 Al. Haryono Jusup
Buku Catatan SMK kelas 2
Sumber : Dasar-Dasar Akuntansi Edisi 7 Al. Haryono Jusup
Buku Catatan SMK kelas 2