Minggu, 27 Januari 2013

AKUNTANSI PERUSAHAAN DAGANG (Tugas TI entri)


AKUNTANSI PERUSAHAAN DAGANG

Dalam kehidupan sehari-hari tentunya kita sering mendengar kata-kata seperti akuntansi, perdagangan, dan perusahaan. Dalam artikel ini saya akan mencoba membahas tentang akuntansi perusahaan dagang. Sebelum lebih jauh lagi membahas tentang akuntansi perusahaan dagang, alangkah baiknya kita mengetahui dahulu apa yang disebut dengan akuntansi itu sendiri.
Akuntansi berasal dari kata accounting yang artinya menghitung atau mempertanggungjawabkan. Dengan demikian akuntansi dapat diartikan sebagai suatu proses mencatat, mengklasifikasi, meringkas, mengolah dan menyajikan data dari kejadian-kejadian yang berhubungan dengan keuangan sehingga dapat digunakan dan mudah dimengerti untuk pengambilan keputusan serta tujuan-tujuan lainnya. Akuntansi digunakan di hampir seluruh kegiatan bisnis di seluruh dunia untuk mengambil keputusan sehingga dapat disebut sebagai bahasa bisnis. Proses akuntansi ini biasanya digunakan di perusahaan-perusahaan misalkan di perusahaan jasa, perusahaan dagang, perusahaan manufaktur, dan perusahaan lainnya.
Sumber pendapatan dalam suatu perusahaan jasa adalah uang jasa yang ditarik dari pemakai jasa  misalnya pendapatan suatu perusahaan penjahit adalah berupa upah jasa penjahitan, sedangkan pendapatan perusahaan taksi adalah uang jasa pengangkutan. Perhitungan laba atau rugi pada suatu perusahaan jasa, dilakukan dengan mengurangi pendapatan dengan beban-beban untuk periode yang bersagkutan.
Di samping perusahaan jasa, dalam dunia usaha kita mengenal juga perusahaan dagang yaitu perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang pembelian dan penjualan barang. Perusahaan-perusahaan dapat di bedakan antara pedagang besar dan pedagang eceran. Pedagang besar (grosir) biasanya membeli barang langsung dari pabrik penghasil barang tersebut (produsen), sedangkan pedagang – pedagang kecil membeli barang dari grosir untuk kemudian menjual kembali barang tersebut kepada konsumen dengan harga eceran.
Contoh perusahaan dagang
Alfamart, Yogya Department Store, Toserba Pajajaran atau Carefour adalah contoh perusahaan-perusahaan yang biasa disebut perusahaan dagang karena aktivitasnya adalah membeli dan menjual barang dagangan, bukan menjual atau mengerjakan jasa untuk pihak lain. Dalam skala kecil, kita juga pasti mengenal perusahaan dagang seperti toko bahan bangunan, toko kelontong, atau toko serba ada yang bertebaran dimana-mana. Sumber utama pendapatan toko-toko tersebut adalah hasil penjualan barang dagangan yang sebelumnya mereka beli dari pihak lain. Perusahaan dagang yang membeli dan menjual langsung kepada konsumen disebut pengecer. Perusahaan dagang yang menjual barang dalam partai besar kepada pengecer disebut pedagang besar.
Siklus operasi perusahaan dagang biasanya lebih panjang dari pada perusahaan jasa, ini disebabkan pembelian barang dagangan yang harus dilakukan perusahaan sebelum perusahaan dapat menjualnya kepada konsumen. Hal ini tidak kita jumpai dalam siklus perusahaan jasa,karena penjualan jasa  dapat dilakukan perusahaan tanpa harus membelinya terlebih dahulu. Siklus operasi perusahaan dagang sebagai berikut :
1.        Dimulai ketika perusahaan membeli barang dagangan dari penjual.
2.        Perusahaan menjual persediaan barangnya kepada konsumen.
3.        Dan terakhir perusahaan menerima kas dari konsumen.
Berikut ini perbedaan siklus operasi perusahaan jasa dan perusahaan dagang :


Dilihat dari Bagan diatas, terlihat bahwa pada perusahaan dagang terdapat akun aset tambahan yaitu Persediaan Barang Dagang. Pendapatan utama sebuah perusahaan dagang adalah penjualan barang dagangan yang disebut pendapatan penjualan atau biasa disebut penjualan. Dalam hal beban atau biaya-biaya, perusahaan dagang mempunyai dua kelompok beban yang disebut beban pokok penjualan dan beban operasi atau operasional.
Beban pokok penjualan adalah jumlah harga pokok semua barang yang terjual sepanjang priode. Beban ini langsung berkaitan dengan pendapatan yang diakui dari hasil penjualan barang
Kedua akun baru diatas sangat menentukan besarnya laba atau rugi sebuah perusahaan dagang. Ini dikarenakan kedua akun itu berkaitan langsung dengan aliran harga pokok atau biaya perolehan barang yang di beli yang pada gilirannya (ketika persediaan itu dijual) akan menjadi beban pokok barang yang dijual. Aliran biaya perolehan suatu perusahaan dagang adalah sebagai berikut: persediaan awal barang dagangan ditambah biaya perolehan barang yang dibeli akan membentuk biaya perolehan barang tersedia untuk dijual. Selanjutnya biaya peroleh an barang tersedia untuk dijual akan menjadi biaya perolehan barang yang terjual (untuk barang yang telah terjual periode ini) atau biasa disebut  beban pokok penjualan dan sebagai persediaan akhir ( barang yang tersisa diakhir periode dan akan dijual pada periode berikutnya).
Mengingat betapa pentingnya penentuan harga perolehan persediaan pada perusahaan dagang, maka kita akan membahas sistem-sistem pencatatan persediaan seperti sistem persediaan perpetual dan sistem persediaan periodik.
1.      Sistem persediaan fisik/periodik (periodical system)
Dalam suatu sistem persediaan periodik, perusahaan tidak menyelengarakan pencatatan secara detil atas persediaan yang dimilikinya sepanjang periode. Penentuan beban perolehan barang yang terjual dilakukan setiap akhir periode, itulah sebabnya mengapa sistem ini disebut periodik. Pada akhir periode, perusahaan melakukan perhitungan fisik persediaan yang masih ada dalam persediaan (barang yang belum terjual) untuk menentukan besarnya biaya perolehan persediaan barang. Untuk menentukan besarnya biaya perolehan barang yang terjual dalam sistem periodik terdapat beberapa tahapan, yaitu :
1.      Menentukan besarnya biaya persediaan pada awal periode (persediaan awal).
2.      Menambahkan biaya perolehan barang yang dibeli sepanjang periode berjalan (pembelian) ke biaya persediaan barang awal.
3.      Kurangi dengan biaya perolehan barang yang ada pada akhir periode (persediaan akhir).
Sistem periodik ini umumnya digunakan oleh perusahaan dagang yang menjual barang dengan jenis banyak dan barangnya relatif murah, sehingga sulit menghitung harga pokok tiap jenis barangnya, maka harga pokok penjualan dihitung pada akhir periode. Contohnya seperti toko penjual bahan makanan, dan lain-lain.
Alur pencatatan dalam sistem periodik/fisik adalah sebagai berikut :
-       Ketika mendapat Faktur Pembelian (kredit) maka dalam Jurnal Umum (JU) dicatat :
Pembelian                                 Rp. xxx
            Hutang dagang              Rp. xxx
-       Ketika membeli barang dengan tunai, dalam Jurnal Umum akan dicatat sebagai :
Pembelian                                 Rp. xxx
            Kas                                          Rp. xxx
-       Ketika terjadi Retur Pembelian maka dicatat sebagai berikut :
Hutang dagang/Kas                  Rp. xxx
            Retur Pembelian                       Rp. xxx
-       Ketika mengeluarkan Faktur Penjualan (Penjualan Kredit) dalam Jurnal Umum (JU) maka dicatat sebagai berikut :
Piutang dagang             Rp. xxx
            Penjualan                                  Rp. xxx
-       Ketika terjadi Penjualan secara tunai maka dicatat :
Kas                                          Rp. xxx
            Penjualan                                  Rp. xxx
-       Ketika terjadi Retur Penjualan maka dicatat sebagai berikut :
Retur Penjualan                        Rp. xxx
            Piutang Dagang/Kas                 Rp. xxx

2.      Sistem perpetual/terus-menerus (Balance Permanent System)
Dalam sistem persediaan perpetual, perusahaan menyelenggarakan pencatatan yang detil atas biaya perolehan persediaan barang dagangan yang dibeli maupun yang dijual. Pencatatan yang berlangsung terus menerus (perpetually) ini menujukan persediaan yang seharusnya ada untuk setiap jenis persediaan. Dengan kata lain, dengan sistem ini persediaan secara terus-menerus dimutahirkan (updated). Sistem ini diyakini dapat menciptakan pengawasan yang lebih baik atas persediaan. Meskipun pencatatan persediaan  dilakukan terus-menerus, perhitungan fisik persediaan tetap perlu dilakukan paling kurang sekali dalam setahun. Perhitungan fisik diperlukan untuk mengungkap transaksi persediaan yang tidak tertangkap oleh sistem elektronik (seperti adanya persediaan yang salah simpan, dicuri, atau rusak). Dengan adanya perhitungan fisik, jumlah persediaan akhir dapat ditentukan dengan benar untuk dapat disajikan dalam bentuk laporan keuangan, sekaligus memeriksa ketelitian catatan perpetual. Sistem ini umumnya digunakan pada perusahaan yang menjual jenis barang sedikit namun dengan harga yang relatif mahal. Berikut adalah alur pencatatan transaksi yang terjadi dalam sistem perpetual :
-       Ketika terjadi Faktur Pembelian dalam Jurnal Umum maka dicatat seperti berikut
Persediaan Barang Dagang                   Rp. xxx
            Hutang dagang                          Rp. xxx
-       Ketika terjadi pembelian barang secara tunai maka dalam Jurnal Umum dicatat seperti berikut :
Persediaan Barang Dagang                   Rp. xxx
            Kas                                                      Rp. xxx
-        Ketika terjadi retur Pembelian maka akan dicatat sebagai berikut
Utang/kas                                             Rp. xxx
            Retur Pembelian                                   Rp. Xxx
Harga Pokok Pembelian                       Rp.xxx
            Persediaan Barang Dagang                   Rp.xxx
-       Ketika terjadi Penjualan Kredit (Faktur Penjualan) maka akan dicatat
Piutang dagang                         Rp.xxx
            Penjualan                                              Rp.xxx
Harga Pokok Penjualan                        Rp.xxx
            Persediaan barang dagang                     Rp.xxx
-       Ketika terjadi penjualan secara tunai maka akan dicatat :
Kas                                                      Rp.xxx
            Penjualan                                              Rp.xxx
Harga Pokok penjualan                        Rp.xxx
            Persediaan Barang Dagang                   Rp.xxx
-       Ketika terjadi retur penjualan maka akn dicatat sebagai berikut
Retur penjualan                         Rp.xxx
            Piutang/Kas                                          Rp.xxx
Persediaan barang Dagang                    Rp.xxx
            Harga pokok Penjualan                        Rp.xxx
Dalam transaksi perdagangan barang perusahaan dagang, pengangkutan barang dari penjual ke pihak pembeli seringkali dilakukan dengan menggunakan alat transportasi tertentu. Maka tentu saja akan muncul biaya transportasi, lalu siapa yang berkewajiban menenggung biaya tersebut?. Biasanya yang bertanggungjawab membayar biaya transportasi ini tergantung pada kesepakatan di antara penjual dan pembeli yang disetujui dalam suatu perjanjian penjualan.
Ketentuan atau syarat pengangkutan dapat berupa FOB (Free On Board), biasanya ada dua macam FOB yaitu FOB Shipping Point dan FOB Destination.
Ketentuan atau syarat  dalam FOB Shipping Point biasanya menerangkan bahwa pihak penjual menanggung pengangkutan dan menyerahkan barang kepada pihak pengangkut dan pembeli terbebas dari beban yang timbul hingga ke tempat pihak pengangkut. Selanjutnya beban angkutan dari pihak pengangkut ke pihak pembeli menjadi tanggungan pihak pembeli. Sedangkan untuk FOB Destination pihak penjual mengantarkan barang ke tempat pihak pembeli dengan biaya transportasi yang sepenuhnya menjadi tanggungan pihak penjual.
Untuk laporan keuangan perusahaan dagang, ada sedikit perbedaan dengan laporan keuangan pada perusahaan jasa. Berikut uraian laporan keuangan pada perusahaan dagang.
1.      Laporan Laba Rugi
Bentuk laporan laba / rugi pada perusahaan dagang diawali dengan Penjualan, Beban Pokok Penjualan, dan Laba Kotor. Dilanjutkan dengan Beban operasi yaitu semua akun beban yang terjadi dalam melaksanakan kegiatan perusahaan, kecuali Beban Pokok Penjualan. Bentuk laporan laba/rugi dapat disajikan dalam beberapa bentuk seperti Format Bertahap (Multiple Step) dan Format Satu Tahap (Single Step).
-       Laporan Laba/Rugi Bertahap (Multiple Step)
Penyajian laporan ini dibuat dengan beberapa tahap untuk akhirnya sampai pada laba bersih. Laporan ini juga membedakan antara aktivitas operasi dan non-operasi. Laporan ini dimulai dengan menyajikan Pendapatan Penjualan, selanjutnya dikurangi akun kontranya yaitu Potongan Penjualan dan Retur Penjualan. Maka akan ditemukan besarnya penjualan bersih. Selanjutnya penjualan bersih ini dikurangi dengan Beban Pokok Penjualan, maka akan terlihat Laba Kotor. Komponen berikutnya adalah beban operasi, beban ini terbagi dua kelompok beban terdiri dari beban penjualan (beban yang berkaitan dengan pemasaran produk,misalkan beban gaji pegawai penjualan, depresiasi, sewa gedung, dan lain-lain yang behubungan dengan penjualan) dan beban umum (beban-beban yang tidak berhubungan dengan pemasaran atau penjualan). Proses selanjutnya setelah ditemukan beban operasi maka laba kotor dikurangi dengan beban operasi akan menghasilkan Laba Bersih Operasi. Setelah itu biasanya terdapat pendapatan diluar usaha dan beban atau kerugian dilura usaha, maka itu ditambahkan dan dikurangi untuk memperoleh Laba Bersih.
-       Laporan Laba/Rugi satu tahap (Single Step)
Dalam laporan ini hanya ada satu tahap pengurangan total beban terhadap total pendapatan untuk menentukan besarnya laba bersih. Data laporan dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu (1) Pendapatan,meliputi pendapatan operasi maupun nonoperasi, (2) beban, meliputi beban-beban yang terjadi pada saat beroperasi baik itu beban operasi maupun beban non operasi.
2.      Laporan Perubahan Modal
Untuk laporan perubahan modal pad perusahaan dagang persis sama dengan laporan perubahan modal pada perusahaan jasa.
3.      Neraca
Neraca pada perusahaan dagang juga tidak ada perubahan yang berbeda dengan pembuatan neraca pada perusahaan jasa. Namun dalam perusahaan dagang pada aset harta lancar perusahaan dagang dicantumkan akun Persediaan Barang Dagang. Untuk laporan-laporan lain tidak ada yang berbeda dengan perusahaan jasa, hanya beberapa akun saja yang berbeda dan penghitungannya saja.
Demikianlah artikel yang dapat saya buat ini tentunya masih banyak kekurangan yang ada di dalamnya. Jadi saya mohon komentarnya yang membangun untuk membuat pemahaman yang luas lagi dalam belajar menjadi akuntan yang baik. terimakasih

Sumber :  Dasar-Dasar Akuntansi Edisi 7 Al. Haryono Jusup
                Buku Catatan SMK kelas 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar